Afraid, to be ignored by My Lord
undescribable bustle
transformation of hubbub inside
Senin, 20 Maret 2017
Entah saya sedang berada di atas, atau harus tertatih saat berada di bawah, satu hal yang pasti yang baru saya sadari semenjak saya memantapkan hati untuk sepenuhnya menyerahkan dan mempercayai semuanya kepada Allah yaitu, saya menyadari bahwa Allah lah yang begitu peduli dengan ketidak sempurnaan diri ini. Peduli bahkan tanpa saya mengatakannya terlebih dahulu, peduli tanpa isyarat, dan peduli tanpa menghitung telah berapa kali terima kasih ini dikirim terlambat.
Benar bahwa berharap kepada manusia hanya peroleh kecewa. Beruntungnya, Allah terus memberikan petunjuk, membukakan pintu hidayah, dan bahkan terus mengingatkan untuk selalu meminta pertolongan hanya padanya. Dengan begitu kecewa yang saya terima tak harus bertamu lama. Seperti tak cukup lagi semua kata untuk memujiNya.
Seperti keajaiban atau apapun itu, shalawat atas nabi dan dzikir mengingat Allah adalah peluru yang ampuh untuk meluluhkan seluruh isi dunia. Terlebih saya merupakan makhluk yang lemah yang hanya berdaya jika Allah memberikan pertolongan dan kemudahan. Bukan merendahkan diri atau memperlemah diri sendiri, semakin saya hadirkan Allah, maka semakin kecil pula diri ini terpandang. Terkesan seperti ungkapan kalimat naif, sok bin berlebian, tapi yang saya mengerti jika melampaui batasanNya, Allah tidak suka, akan tetapi pintu maaf selalu terbuka. Begitu pengasih dan penyayangnya Allah saya. Begitu pemurahnya sampai-sampai apapun yang saya butuhkan selalu Allah curahkan. MasyaAllah.
Selasa, 07 Maret 2017
Korelasi Kurva Ikhtiar dan Variabel Doa untuk Bersama
Ini seperti proposal yang lagi menunggu ACC dariNya. Bab metodenya nanti standar saja, alurnya diperjelas, tanpa trial and error. Bab 4 perhitungannya jangan memperbanyak faktor reduksinya. Usaha saja, suatu saat bab limanya namamu yang sama sekali belum aku tahu yang menjadi kesimpulannya.
Sabtu, 12 November 2016
Senin, 17 Oktober 2016
Kembali berharap pada-Nya
Di saat beberapa lama hirau akan kalimat-Nya
Masih pantaskah diri ini meminta perhatian-Mu kembali ?
Akankah diri yang tak peka akan himbauan-Mu ini,
di beri kesempatan untuk kesekian kalinya kembali padaMu,
memohon padaMu, dan mendapat kasih sayangMu
Sebuah penyesalan..
bukan,
Beribu penyesalan telah ku ungkap
Betapa diri ini malu berharap
Akan uluran tangan dan dekap
Dengan simpuh-sujudku merayap
Kelak haturan doa penantian ini terwujud tegap
Di saat beberapa lama hirau akan kalimat-Nya
Masih pantaskah diri ini meminta perhatian-Mu kembali ?
Akankah diri yang tak peka akan himbauan-Mu ini,
di beri kesempatan untuk kesekian kalinya kembali padaMu,
memohon padaMu, dan mendapat kasih sayangMu
Sebuah penyesalan..
bukan,
Beribu penyesalan telah ku ungkap
Betapa diri ini malu berharap
Akan uluran tangan dan dekap
Dengan simpuh-sujudku merayap
Kelak haturan doa penantian ini terwujud tegap
Kunjungan dalam Secangkir Kopi
Langkah kaki masuk menuju meja kayu
Jauh dari pintu
Terasa redup cahaya lampu
Alunan sayup lagu lawas terdengan merdu
Dan mata antusias bercerita,
kepada hati akan suasana nan syahdu
Mata ini kembali berlari kesana kemari
Seakan suasana ini mengetuk hati
Perlahan ku tarik kursi kayu di sisi
Niat untuk lama menikmati
Semerbak aroma kopi menyentuh relung
Suasana yang cukup untuk membuat suatu palung
Ku lihat lembut asap melayang terbang
Sontak pentas cerita mata ini terpecah
Memegang kertas kecil seseorang menyapa ramah
Tak lama terhenti, cepat ku pesan secangkir 'es krim kopi'
Dan kembali lanjut menggusarkan hati
Inginku berkelana jauh di sini
Memajamkan mata, menghela nafas, dan sekejap khayalku pergi
Dengan perlahan ku menapaki jejak terdekat
Hingga akhirnya aku jauh terseret tersesat
Percayalah, palung ini terasa semakin penat
Benar-benar berat
Sampai es krim kopi ini tiba, ku tersenyum sesaat
Sungguh.. aku lelah
Berkunjung dalam negeri memori.
Not dedicated for anyone
Jauh dari pintu
Terasa redup cahaya lampu
Alunan sayup lagu lawas terdengan merdu
Dan mata antusias bercerita,
kepada hati akan suasana nan syahdu
Mata ini kembali berlari kesana kemari
Seakan suasana ini mengetuk hati
Perlahan ku tarik kursi kayu di sisi
Niat untuk lama menikmati
Semerbak aroma kopi menyentuh relung
Suasana yang cukup untuk membuat suatu palung
Ku lihat lembut asap melayang terbang
Sontak pentas cerita mata ini terpecah
Memegang kertas kecil seseorang menyapa ramah
Tak lama terhenti, cepat ku pesan secangkir 'es krim kopi'
Dan kembali lanjut menggusarkan hati
Inginku berkelana jauh di sini
Memajamkan mata, menghela nafas, dan sekejap khayalku pergi
Dengan perlahan ku menapaki jejak terdekat
Hingga akhirnya aku jauh terseret tersesat
Percayalah, palung ini terasa semakin penat
Benar-benar berat
Sampai es krim kopi ini tiba, ku tersenyum sesaat
Sungguh.. aku lelah
Berkunjung dalam negeri memori.
Not dedicated for anyone
Senin, 28 Desember 2015
Haturkan Rindu
Kala embun hanya tinggal ukir jejaknya
Disaat angin lelah berhuru-hara
Hingga matahari lukis jingga di langit senja
Cahaya rembulan pun tak lawan saat waktu menyekapnya
Daun-daun merunduk menyapa
Ranting berdenting temani raga
Ilalang hibur saat ku tak berkata
Gemercik air berlompat ria bangunkan jiwa
Ukir kata tanpa ku berkata
Bumi telah timpakan sunyinya
Seraya tatap lukis mata bicara
Tadah tangan harapku pun lirihkan doa untuknya
Tinggalkan serahku pada-Nya
Disaat angin lelah berhuru-hara
Hingga matahari lukis jingga di langit senja
Cahaya rembulan pun tak lawan saat waktu menyekapnya
Daun-daun merunduk menyapa
Ranting berdenting temani raga
Ilalang hibur saat ku tak berkata
Gemercik air berlompat ria bangunkan jiwa
Ukir kata tanpa ku berkata
Bumi telah timpakan sunyinya
Seraya tatap lukis mata bicara
Tadah tangan harapku pun lirihkan doa untuknya
Tinggalkan serahku pada-Nya
Langganan:
Postingan (Atom)